INDONESIA BUTUH GANTI PRESIDEN BUKAN GANTI MENTERI

Menyimak penggantian menteri yang di lakukan oleh Presiden Jokowi kemarin pada tanggal 27 Juli 2016, terdapat sedikit nafas lega di kalangan dunia usaha. Salah satunya adalah dengan kehadiran Sri Mulyani, yang merupakan salah satu ekonom mumpuni yang di miliki Indonesia. Kepulangan Sri Mulyani di harapkan dapat mengangkat perekonomian nasional yang saat ini tengah menuju kehancuran, dan minimal di harapkan dapat menahan terus memburuknya perekonomiaan nasional. Maka kemudian kalangan dunia usaha menyambut hal positif ini dengan positif pula, ditandai dengan meningkatnya secara tajam Rupiah dan IHSG di lantai bursa.

Namun Sri Mulyani atau pun semua menteri pengganti yang kemarin di umumkan seperti Menteri Pendidikan, Menteri Perhubungan, Menteri ESDM, menteri Kemaritiman, Menko Polhukam, dan beberapa menteri lain mempunyai tugas yang sangat besar seiring makin memburuknya suasana perekonomian dan kondisi sosial politik di masyarakat akibat makin menurunnya tingkat ekonomi masyarakat, besarnya angka PHK, industri dan usaha yang sedang sangat menurun, tingkat pengangguran yang meningkat karena PHK dan kecilnya lowongan kerja baru. Menteri yang baru di lantik bersama menteri lain harus melanjutkan dan berjibaku untuk bekerja lebih baik, bersalah lebih sedikit, menghentikan segala kontroversi dan menghindari saling ribut antar kementeriaan.

Sekali pun banyak yang optimis dengan pergantian kabinet yang di umumkan Jokowi , namun banyak juga kalangan yang pesimis karena nampak bahwa kelemahan Indonesia saat ini selain karena kesalahan dalam memilih kalangan birokrat baru termasuk menteri, dirjen dan banyak jabatan politis adalah karena top manajemen Indonesia saat ini yang sangat lemah. Presiden Indonesia, Jokowi dianggap salah satu penyebab memburuknya Indonesia sekarang, dan hal ini adalah wajar karena posisi beliau sebagai leader, maka di tangannya lah nasib Indonesia. Kebijakan strategis saat ini nampak tidak jelas, dalam mengelola konflik di pemerintahannya pun beliau nampak kurang cakap sehingga terkadang konflik antar menteri sampai keluar dan menjadi konsumsi masyarakat luas. Hal ini seperti ini tidak akan nampak pada figur pemimpin yang kuat. Kearah mana Indonesia saat ini, siapa kawan, siapa lawan, semua tidak jelas. Sehari hari masyarakat terus di cekoki berita berita dari berbagai permasalahan yang datang silih berganti, seolah olah benar bahwa jika sampai meledak kasus besar dan lalu di blow up oleh berbagai media mainstreem, pastilah ada hal yang ingin di tutupi.Sebagai presiden sebenarnya dalam kondisi sangat minimal kompetensi yang harus beliau miliki adalah beliau bisa memanajemen menteri menteri yang di pimpinnya, Yaitu dari Planningnya, Organizing, Actuating and Controlling. Selama hal pokok itu bisa beliau lakukan Insya Allah pemerintahan beliau akan bisa berjalan dengan baik.
krisis ekonomi

Maka tidak salah jika kemudian banyak masyarakat yang menyebutkan bila Indonesia saat ini tidak membutuhkan pergantian menteri, yang di butuhkan Indonesia adalah pergantian Presiden. Namun jika beliau mau  terus belajar dan mau mendengar nasihat dari orang orang terbaik di segala bidang serta tidak terlalu mengikuti setiap tekanan yang datang kepada beliau, mestinya masih selalu ada waktu untuk memperbaiki kepemimpinan beliau, dan terpenting membawa perahu besar bernama Indonesia ke gerbang kesejahteraan.

BERLANGGANAN ARTIKEL-ARTIKEL MENARIK LAINNYA

0 Response to "INDONESIA BUTUH GANTI PRESIDEN BUKAN GANTI MENTERI"

Post a Comment