UTANG NEGARA MAKIN MEMBENGKAK, NASIB RAKYAT MAKIN MERANA
Utang memang enak, begitu kita terima uang utangan dengan segera kita bisa berbelanja habis habisan, untuk mengerjakan atau membeli apa pun yang kita mau. Dimana pun mengutang adalah satu perbuatan menyenangkan bagi pelakunya. Tapi....?
Utang seharusnya hanya di lakukan pada saat sangat terdesak saja dan di lakukan untuk kepentingan produktif semisal untuk membangun rumah, kontrak ruko atau petak di pasar, atau membeli tanah. Kenapa boleh untuk tiga hal di atas, karena dengan melakukan tiga hal di atas nilai aset dari uang yang sudah kita pinjam menjadi bertambah. Namun mengutang sebaiknya di hindari untuk keperluan konsumtif saja misalnya membeli mobil, membeli motor atau membeli keperluan rumah tangga yang sebenarnya bisa kita peroleh dari tabungan kita, artinya jauh lebih baik kita menabung terlebih dahulu untuk bisa membeli barang barang tadi.
Demikian juga dalam hal bernegara, semetinya kita kerjakan yang kita bisa dan kita punya dananya. Dengan demikian seharusnya utang kita yang membengkak dalam 2 tahun ini tidak perlu terjadi, terlebih hanya untuk membangun infrastruktur yang kita belum terlalu perlu seperti kereta cepat yang menelan biaya 75 triliun padahal pada saat sama sangat banyak jalan lintas kabupaten yang seharusnya di bangun terlebih dahulu di seluruh Indonesia. Terbaru Indonesia sampai menarik dana darurat 5 milyar dana DDO(deffered drawdown option) atau dana darurat yang seharusnya hanya boleh di pakai ketika terjadi krisis keuangan atau terjadi bencana alam.
Maka jika perilaku mengutang untuk membangun ini terus di lakukan bisa bisa negeri kita benar benar hancur karena utang, karena kedepan biaya makin besar untuk membayar beban utang dan makin tidak bisa membiayai pembangunan. Kita umpamakan ketika kita membangun rumah ketika mengutang pun kita pasti akan berhitung terlebih dahulu kemampuan untuk membayar utang tersebut, dan manakala kita tidak mampu stop lah kita untuk membangun, menunggu secara finansial kita mampu membangun kembali. Demikian pula lah seharusnya negara kita dalam membangun, bangunlah dengan kemampuan kita seutuhnya, dan jika anggaran kita sudah tidak lagi mampu untuk membayar pembangunan stoplah kita.
Bank Indonesia mencatat kenaikan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sebesar USD304,6 miliar atau sebesar Rp4.241 triliun (kurs Rp13.925 per USD). ULN tumbuh 3,2 persen year on year (YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Oktober 2015 sebesar 2,5 persen (YoY).
Kenaikan ULN didorong oleh peningkatan pertumbuhan utang luar negeri berjangka panjang. ULN berjangka panjang tumbuh 6,1 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan Oktober 2015 yang sebesar 5,5 persen (yoy).
“ULN berjangka pendek masih mengalami penurunan 12,5 persen. Dengan pertumbuhan tersebut, posisi ULN Indonesia pada akhir November 2015 tercatat sebesar USD304,6 miliar,”seperti dilansir dari keterangan tertulis BI, Kamis (18/1/2016).
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka panjang sebesar 86,6 persen dari total ULN. ULN berjangka panjang pada November 2015 mencapai USD263,9 miliar, terdiri dari ULN sektor publik sebesar USD134,8 miliar sebesar 51,1 persen dari total ULN jangka panjang, dan ULN sektor swasta sebesar USD129,1 miliar sebesar 48,9 persen dari total ULN jangka panjang.
Sedangkan ULN berjangka pendek sebesar USD 40,7 miliar sebesar 13,4 persen dari total ULN, terdiri dari ULN sektor swasta sebesar USD37,7 miliar sebesar 92,7 persen dari total ULN jangka pendek dan ULN sektor publik sebesar USD3,0 miliar sebesar 7,3 persen dari total ULN jangka pendek persen.
Mudah mudahan pemerintah kita makin sadar, kita punya anak cucu di depan yang harus menanggung hutang yang saat ini kita bukukan. Jangan sampai hidup mereka makin tercekik dengan hutang yang tidak mereka nikmati. Dan mudah mudahan dengan hutang yang sudah di ambil oleh pemerintah bisa di pakai sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat kita, dan bukan hanya di nikmati segelintir rakyat di negeri ini
0 Response to "UTANG NEGARA MAKIN MEMBENGKAK, NASIB RAKYAT MAKIN MERANA"
Post a Comment