SISTEM PEREKONOMIAN YANG MENGACU BARAT AKAN HANCUR
Terkadang kita heran, di negeri ini seseorang atau sekelompok orang yang pada hakekatnya ingin memperbaiki sistem yang rusak justru di cap sebagai orang atau kelompok yang ingin menghancurkan negeri ini. Sebaliknya orang yang tampak ingin memperbaiki namun pada hakekatnya membawa pada kehancuran justru di sanjung sanjung dan bahkan kemudian mendapat fasilitas untuk menyebarkan paham yang di anutnya dengan anggaran dari negara yang sumbernya adalah pungutan pajak dari rakyat. Dan lalu dalam kegiatan demi kegiatan yang di laksanakan melakukan indoktrinasi dan penjejalan paham, yang pada hakekatnya akan membawa negeri ini pada kehancuran. Ekonomi dunia saat ini pasti akan hancur, dan system pengelolaan model beginilah yang di contoh dan akan di terapkan di Indonesia. Pajak yang di pertinggi, privatisasi semua sektor, utang dengan dalih investasi,
Untuk melihat hasil dari paham yang mereka bawa dalam perekonomiaan ini cukuplah melihat kepada negeri negeri maju yang saat ini tengah memimpin dunia. Pada saat ini negeri negeri maju di AS, eropa dan banyak negeri lain yang katanya adalah negeri sangat maju di barat sana dan menjadi kiblat bagi Indonesia kini sedang berada di ambang krisis ekonomi yang sangat dahsyat. Krisis kali ini nampaknya juga menimpa di Pusat Ekonomi Global, Amerika Serikat. Kendati Amerika Serikat senantiasa menutup-nutupi dengan memberikan data yang palsu atas persoalan ekonominya, Amerika sesungguhnya mengalami persoalan ekonomi yang serius. Salah seorang Ekonom Amerika, Todd Wood (dalam Artikel Koran Washington, Time US bulan Mei 2015 mengatakan: “Ekonomi Amerika Serikat berada diambang kehancuran, dan kondisi ekonomi Amerika saat ini benar-benar menjengkelkan. Mulai dari utang luar negeri yang sudah mencapai 20 trilyun dollar AS. Ditambah lagi dengan kecepatan penambahan hutang yang semakin tinggi. Todd menambahkan dalam artikelnya, bahwa Washington mungkin segera bangun setelah mengalami kebangkrutan ekonomi di negaranya. Saat ini, satu-satunya yang masih bisa menyelamatkan ekonomi Amerika adalah, sikap Federal Reserve yang terus melakukan intervensi dengan mempertahankan suku bunga di tingkat yang sangat rendah”. Walaupun dengan terus melorotnya harga minyak, menjadikan permintaan atas dollar meningkat. Dan kabar terakhir, 12 orang yang menjadi penentu perubahan suku bunga Federal Reserve cenderung akan menaikkan suku bunga Bank sentral tersebut.
Kondisi sosial kemasyarakatan di Amerika Serikat juga semakin memburuk. Indeks kesengsaraan saat ini semakin meningkat. (Indeks kesengsaraan adalah keterkaitan antara inflasi dengan pengangguran riil). Rakadz (salah seorang ekonom Amerika, yang juga merupakan salah seorang intelejen dalam persoalan ekonomi Amerika) menyatakan dalam artikelnya “Apa yang terjadi pada dunia diambang tahun 2015? Ambang fase Baru dari Depresi Besar Ekonomi”. Dia menyatakan: “Bank Federal telah mencetak uang dengan sembarangan, bahkan trilyunan dollar AS. Federal Reserve telah berbohong dan menutupi indeks kesengsaraan yang semakin meningkat, yang paling tinggi dalam kurun 29 tahun terakhir. Dan rencana Amerika menaikan bunga diatas 2 % akan menyeret perekonomia AS pada tragedi baru”.
Resesi dunia saat ini sesungguhnya kelanjutan dari krisis yang terjadi di tahun 2008. Karena hakikatnya krisis itu tidak sembuh. Krisis tersebut telah menyebabkan ekspor yang melemah dari berbagai belahan dunia. Hal demikian akan menyebabkan lemahnya produksi di negara-negara industri. Kondisi demikian berdapak pada minimnya invetasi proyek-proyek strategis. Dampak terhadap negara-negara pengimpor bahan baku dan bahan energi adalah berkurangnya ekspor bahan-bahan dasar tersebut. Kondisi ini secara nyata pasti menimbulkan gelombang PHK di mana-mana.
China juga mengalami krisis finansial yang serius. Krisis di China diawali dengan krisis finansial dan pasar saham. Krisis tersebut dimulai pada tahun 2014, dan semakin terasa di tahun 2015. Dan akhirnya bencana yang dialami China bukan terbatas di sektor pasar finansial, namun merambat ke sektor industri, dan tingkat pengangguran yang tinggi. Kerugiaan saat itu di China diperkirakan mencapai 3,2 trilyun dollar AS dalam waktu kurang dari satu bulan. Atau kurang lebih 1/3 dari nilai saham. Krisis di China ini sesungguhnya disebabkan krisis atas ekonomi China yang terjadi pada tahun 2018.
Eropa juga mengalami krisis, yakni di zona Euro. Kita telah ketahui krisis ini berawal dari krisis Yunani yang terakumulasi, sehingga menyebabkan Yunani tidak mampu membayar uang. Ini menyebabkan Yunani terancam untuk dikeluarkan dari Zona Eropa. Kondisi demikian bukan banya terjadi pada Yunani. Portugal, Spayol, dan lain-lain juga mengalami krisis yang sama. Persoalan sesunggunya adalah ketika ketidakmampuan mereka membayar utang yang mereka ambil saat menjadi syarat memasuki zona Euro.
Kita beralih ke Rusia, Federasi Rusia mengalami goncangan dahsyat atas anjloknya harga minyak dunia lebih dari separoh tersebut. Negara Rusia adalah negara yang mengandalkan sumber pendapatannya dari minyak dan gas. Dikarenakan penurunan harga minyak mentah dunia ini, menyebabkan berkurangnya pendapatan Rusia sekitar 60 %. Ini adalah bencana bagi Rusia. Bahkan penurunan harga minyak dunia ini menjatuhkan harga mata uang Rusia Rubel terhadap dollar AS sebesar 60 %.
Arab Saudi sebagai produsen minyak mentah dunia jelas terpengaruh. Pada tahun 2015 Arab Saudi mengalami defisit anggaran sebesar 98 milyar US $, satu yang tadinya sulit dibayangkan. Defisit anggaran ini memaksa negara untuk melakukan efesiensi di bawah tekanan kreditur.
Dalam sebuah wawancara dengan “The Economist” baru-baru ini, Menteri Pertahanan Saudi Arabia, Purtera Mahkota Mohammad bin Salman menyatakan akan melakukan “Revolusi At Tasyriyah” di Arab Saudi, yakni dengan melakukan privatisasi di berbagai sektor vital masyarakat. Kini bahkan Arab Saudi akan mengambil utangan dari negara lain untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hal ini karena terus merosotnya pendapatan Arab Saudi karena merosotnya pendapatan dari sektor minyak. Dengan defisit anggaran yang ada, maka Privatisasi Model negara ke-3 akan diberilakukan atas perekonomian Arab Saudi dan Negara-negara Teluk. Termasuk privatiasai aset-aset vital publik, penerbitan hutang obligasi dengan bunga riba, penjualan perusahaan perusahaan milik negara, termasuk aset-aset yang dekat dengan tanah Mekah dan Madinah. Demikian pula dengan pajak nilai tambah akan dikenakan kepada masyarakat. Selain akan semakin menambah kemiskinan, pajak nilai tambah ini juga bertentangan dengan syari’at Islam. Dan yang paling penting, ragam kebijakan ini akan menyempurnakan hegemoni Barat secara ekonomi terhadap negara Haramain tersebut. Berita terakhir yang cukup mengejutkan adalah, Perusahaan minyak terbesar di dunia – Saudi Aramco– juga akan melakukan privatisasi dengan IPO (Initial Public Offering), yang pada akhirnya membuka lebar akan kepentingan dari negara lain untuk membeli dan melakukan penguasaan.Tidak cukup di situ, para pejabat saudi juga mulai berbicara tentang privatisasi sektor kesehatan, di sektor pendidikan, industri persenjataan , dan perusahaan lain yang dikuasai oleh negara.
Oleh sebab itu, persoalan anjloknya harga minya dunia ini, bagi Arab Saudi akan berpengaruh pada kontrol dan kepemilikan atas aset-aset publik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Oleh sebab itu, persoalan anjloknya harga minya dunia ini, bagi Arab Saudi akan berpengaruh pada kontrol dan kepemilikan atas aset-aset publik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Yang kian membuat para ekonom khawatir adalah bahwa sampai detik ini, gejala gejala resesi yang berkepanjangan itu tidak ada menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan semakin menimbulkan gejala baru.
Sejumlah ekonomi memperkirakan krisis ini akan menimbulkan ledakan yang mengerikan yang menyebabkan runtuhnya negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa yang mereka perkitakan di tahun 2019, the Great Depression. Ekonom Rusia, Alexander Aevazov mengatakan, bahwa dollar akan terus mengalami depressi. Pada awal tahun 2015 lalu, Dana Moneter Internasional juga telah memperingatkan resiko dari krisis ekonomi global yang baru ini. Ekonom Amerika (Rakadz) mengatakan: “Amerika memasuki periode ekonomi yang paling gelap dalam sejarahnya pada tahun 2015 yang lalu.”Ekonomi Barat saat ini terkesan kokoh bukan karena sistem ekonominya yang teruji dan tangguh.
Dan telah jelas siapa saja, umat mana saja yang mengikut aturan Allah, pasti akan selamat. Namun jika berpaling dari sistem Allah, niscaya akan hancur. Firman Allah;
(فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ. وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ)
[Surat Ta-Ha 123 -124]
[Surat Ta-Ha 123 -124]
“Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. (Thaha 123-124).
INDONESIA MEMASUKI JAMAN KALABENDU
INDONESIA MEMASUKI JAMAN KALABENDU
0 Response to "SISTEM PEREKONOMIAN YANG MENGACU BARAT AKAN HANCUR"
Post a Comment