INDONESIA BARU MEMASUKI JAMAN KALABENDU, JAMAN KESUSAHAN YANG SANGAT

Zaman Kalabendu
Pada pupuh 257 tembang 24 sampai dengan 44 dijelaskan secara terperinci tanda-tanda zaman Kalabendu:
jaman kalabendu

Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata.
Artinya: Para pemimpinnya berhati jail, bicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati.
  • Keh wahyuning eblislanat kang tamurun, apangling kang jalma, dumrunuh salin sumalin, wong wadon kang sirna wiwirangira.
Artinya : Wahyu yang turun adalah wahyu dari iblis dan sulit bagi kita untuk membedakannya, para wanitanya banyak yang kehilangan rasa malu.
  • Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata,akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyasenalangsa.
Artinya : Rasa persaudaraan meluntur, tidak saling memberi berita dan banyak orang miskin ber-aneka macam yang sangat menyedihkan kehidupannya.
  • Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga.
Artinya : Banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan/perampokan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.
  • Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah lindhu gelap cleret warsa.
Artinya : Alampun ikut terpengaruh dengan banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.
  • Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya.
Artinya: Angin ribut dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan seperti perang yang tidak ketahuan mana musuhnya yang menyebabkan tidak mungkin ada rasa tenteram dihati.
  • Dalajading praja kawuryan wus suwung, lebur pangreh tata, karana tanpa palupi, pan wus tilar silastuti titi tata.
Artinya : Kewibawaan negara tidak ada lagi, semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.
  • Pra sujana, sarjana satemah kelu, klulun Kalathida, tidhem tandhaning dumadi, hardayengrat dening karoban rubeda.
Artinya : Para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah / kesulitan.
  • Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pranayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak cakrak.
Artinya : Para pemimpin mengatakan se-olah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.
  • Nging tan dadya, paliyasing Kalabendu, mandar sangking dadra, rubeda angrubedi, beda-beda hardaning wong sanagara.
Artinya : Yang menjadi pertanda zaman Kalabendu, makin lama makin menjadi kesulitan yang sangat, dan ber-beda-beda tingkah laku / pendapat orang se-negara.
  • Katatangi tangising mardawa-lagu, kwilet tays duhkita, kataman ring reh wirangi, dening angupayasandi samurana.
Artinya : Disertai dengan tangis dan kedukaanyang mendalam, walaupun kemungkinan dicemooh, mencoba untuk melihat tanda2 yang tersembunyi dalam peristiwa ini. (kelihatanya ini adalah ungkapan hati pembuattembang ini).
  • Anaruwung, mangimur saniberike, menceng pangupaya, ing pamrih melok pakolih, temah suhaing karsa tanpa wiweka.
Artinya : Berupaya tanpa pamrih.
  • Ing Paniti sastra wawarah, sung pemut, ing zamanmusibat, wong ambeg jatmika kontit, kang mangkono yen niteni lamampahan.
Artinya : Memberikan peringatan pada zaman yang kalut dengan bijaksana, begitu agar kejadiannya /yang akan terjadi bisa jadi peringatan (peringatan dari R.Ng. Ranggawarsita).
  • Nawung krida, kang menangi jaman gemblung, iyajaman edan, ewuh aya kang pambudi, yen meluwaedan yekti nora tahan.
Artinya : Untuk dibuktikan, akan mengalami jaman gila, yaitu zaman edan, sulit untuk mengambil sikap,apabila ikut gila/edan tidak tahan.
  • Yen tan melu, anglakoni wus tartamtu, boya keduman, melik kalling donya iki, satemahe kaliren wekasane.
Artinya : Apabila tidak ikut menjalani, tidak kebagian untuk memiliki harta benda, yang akhirnya bisa kelaparan.
  • Wus dilalah, karsane kang Among tuwuh, kang lali kabegjan, ananging sayektineki, luwih begja kang eling lawan waspada.
Artinya : Sudah kepastian, atas kehendak Allah SWT,yang lupa untuk mengejar keberuntungan, tapi yang sebetulnya, lebih beruntung yang tetap ingat dan waspada (dalam perbuatan berbudi baik dan luhur).
  • Wektu iku, wus parek wekasanipun, jaman Kaladuka, sirnaning ratu amargi, wawan-wawan kalawan memaronira.
Artinya : Pada saat itu sudah dekat berakhirnya zaman Kaladuka.

Kalau kita perhatikan ilustrasi zaman Kalabendu adalah sangat mirip dengan 'bebendu' atau 'kekalutan' yang sedang terjadi saat ini yang kelihatannya tidak satu pun pemimpin yang mampu mengatasi (baik yang formal yang sedang menjalankan roda pemerintahan maupun pimpinan informal diluar pemerintahan - bahkan pimpinan TNI yang punya senjata pun tidak mampu mengatasi masalah - bahkan cenderung seperti orang bingung / linglung - yang se-mata-mata terpengaruh oleh perbawa zaman Kalabendu yang tidak mungkin bisa dihindari). Semua elemen bangsa seolah berada dalam pengaruh sihir luar biasa sehingga dapat terjadi keadaan keadaan di luar norma dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Kebenaran di injak injak, nilai nilai agama kalah oleh budaya, si salah bisa berteriak teriak dirinya benar dan suci, nilai nilai kesalahan di bolak balik seolah dia adalah kebenaran sejati. Hal inilah yang saat ini kita alami, dimana kepemimpinan tengah di pegang oleh bukan pemilik wahyu sejati(orang yang seharusnya memimpin), yakni orang yang tidak cakap dan orang orang yang tidak ahli di bidangnya masing masing. Akibatnya roda perjalanan negara menjadi oleng, seolah tanpa arah dan aturan, zig zag membuat mabuk berat semua penumpangnya. Jika di biarkan hampir dapat di pastikan penumpang bisa di bawa masuk kedalam jurang yang sangat dalam, sementara jika tidak di biarkan sebagian besar penumpang kemungkinan masih dapat di selamatkan. Kesusahan makin meningkat waktu demi waktu. Dan bila kesulitan yang demikian luar biasa itu mencapai puncaknya, bersabarlah karena pasca kepemimpinan salah wahyu itulah akan datang jaman keemasan nusantara, dengan datangnya satria piningit, yang kita belum tahu siapa dia karena kemunculannya tak lama lagi adalah tanpa di duga oleh siapa pun karena pengangkatannya adalah oleh wahyu, karena keadaan dunia yang juga berubah pada saat itu.

Zaman Kalasuba.
Pada pupuh 258, dimulai suatu perubahan dari zaman Kaladuka ke zaman Kalasuba yang lebih baik seperti pada tembang 1 s/d 6 sebagai berikut :
  • Saka marmaning Hayang Sukma, jaman Kalabendusirna, sinalinan jamanira, mulyaning jenengan nata,ing kono raharjanira, karaton ing tanah Jawa,mamalaning bumi sirna, sirep dur angkara murka.
Artinya : Atas izin Allah SWT, zaman Kalabendu hilang, berganti zaman dimana tanah Jawa/Indonesia menjadi makmur, hilang kutukan bumi dan angkara murkapun mereda.
  • Marga sinapih rawuhnya, nata ginaib sanyata, wijiwijiling utama, ingaranan naranata, kang kapisan karanya, adenge tanpa sarana, nagdam makduming srinata, sonya rutikedatonnya.
Artinya : Kedatangan pemimpin baru tidak terduga, seperti muncul secara gaib, yang mempunyai sifat2 utama. (note : yang diterjemahkan banyak pihak sebagai 'satria piningit')
  • Lire sepi tanpa srana, ora ana kara-kara, duk masih keneker Sukma, kasampar kasandhung rata, keh wong katambehan ika, karsaning Sukma kinarya, salin alamnya, jumeneng sri pandhita.
Artinya: Datangnya tanpa sarana apa-apa, tidak pernah menonjol sebelumnya, pada saat masih muda, banyak mengalami halangan dalam hidupnya, yang oleh izin Allah SWT, akan menjadi pemimpin yang berbudi luhur.
  • Luwih adil paraarta, lumuh maring brana-arta, nama Sultan Erucakra, tanpa sangakan rawuhira, tan ngadu bala manungsa, mung sirollah prajuritnya, tungguling dhikir kewala, mungsuh rerep sirep sirna.
Artinya : Mempunyai sifat adil, tidak tertarik dengan harta benda, bernama Sultan Erucakra (note : penulis tidak tahu apa maksudnya, perlu interpretasi tentang nama ini), tidak ketahuan asal kedatangannya, tidak mengandalkan bala bantuan manusia, hanya kepercayaan/keimanan terhadap Allah SWT prajuritnya dan senjatanya adalah se-mata2 zikir, musuh semua bisa dikalahkan (note: suatu indikasi bahwa pemimpin yang akan muncul adalah seorang Muslim yang sangat taat beragama, yang semata-mata iman yang sangat tebal kepada Allah SWT yang membimbingnya dan menjadi kekuatannya)
  • Tumpes tapis tan na mangga, krana panjenengan nata, amrih kartaning nagara, harjaning jagat sadaya, dhahare jroning sawarsa, denwangeni katahhira, pitung reyal ika, tan karsa lamun luwiha.
Artinya : Semua musuhnya dimusnahkan oleh sang pemimpin demi kesejahteraan negara,dan kemakmuran semuanya, hidupnya sederhana, tidak mau melebihi, penghasilan yang diterima. (note : suatu indikasi bahwa kejujuran, kesederhanaan, dan tidak mau melebihi apa yang menjadi penghasilannya - tidak kurang tidak lebih - menjadi ciri utama dari pemimpin yang baru. Dalam tembang ini sangat jelas dilukiskan kelemahan pemimipin adalah sikap berlebih-lebih-an yang pada posisi sebagai pimpinan cenderung tidak menerima apa yang secara murni diberikan oleh negara sebagai penghasilannya sehingga menimbulkan banyak 'kreativitas' untuk mendapatkan 'tambahan' penghasilan yang sulit dikontrol batas-batas-nya yang merugikan rakyat banyak yang contoh nyatanya adalah situasi kehidupan para pimpinan/pejabat pemerintahan selama 32 tahun rezim Soeharto berkuasa dan juga sampai dengan saat ini).
  • Bumi sakjung pajegira, amung sadinar sawarsa, sawah sewu pametunya, suwang ing dalem sadina, wus resik nir apa-apa, marmaning wong cilik samya, ayem enake tysira, dene murah sandhang teda.
Artinya : Pajak orang kecil sangat rendah nilainya, orang kecil hidup tentram, murah sandang dan pangan.
  • Tan na dursila durjana, padha martobat nalangas, wedi willating nata, adil asing paramarta, bumi pethik akukutha, parek lan kali Katangga, ing sajroning bubak wana, penjenenganin sang nata.
Artinya: Tidak ada penjahat, semuanya sudah bertobat, takut dengan kewibawaan sang pemimpin yang sangat adil dan bijaksana.


Nampaknya kita kini di Indonesia tengah berada pada Kalabendu, namun baru memasuki awalnya dan kesulitan yang saat ini tengah di alami belumlah apa apa karena tingkat kesulitan itu sendiri akan terus meningkat sampai sampai rakyat tak lagi mampu menanggungnya. Semua akibat ulah pemimpinnya dan ulah orang orang di lingkaran kekuasaannya termasuk para pengusaha yang sudah menggelontorkan uang milyaran dan mungkin triliunan rupiah untuk mereka pada akhirnya bisa mengeruk habis kekayaan negeri Indonesia. Dan pasca pemimpin yang sekarang inilah, yang nampak sederhana namun pada hakikatnya telah menimbulkan penderitaan luar biasa bagi segenap rakyat, akan di puncaki dengan datangnya goro goro dan sampai akhirnya kemudian muncullah sang satria sejati, yang kita kini belum tahu siapa. Bersama sang bocah angon atau sang satria piningit itulah pada akhirnya Indonesia akan kembali ke rel yang seharusnya, mencapai kejayaannya di hadapan dunia, bukannya menjadi bahan tertawaan seperti sekarang ini di 2016.


BERLANGGANAN ARTIKEL-ARTIKEL MENARIK LAINNYA

0 Response to "INDONESIA BARU MEMASUKI JAMAN KALABENDU, JAMAN KESUSAHAN YANG SANGAT"

Post a Comment